Selasa, 28 Juni 2016
Minggu, 26 Juni 2016
Senin, 20 Juni 2016
Terlambat menyadari Tapi bisa diperbaiki
Assalamualaikum,
Kali ini sambil jalan di jalanan ibukota yang tak pernah absen macetnya dan srudak sruduknya , ntah kenapa ini kota mengajarkan tentang aggerman (menjadi pemarah) rasanya orang-orang baik mendadak tensi darah nya naik kalau sudah tinggal di Jakarta , kenapa ?
kita akan capek di kejar waktu karena macet , kita akan dibiasakan dengan ritme ibukota yang kompetisi persaingannya lumayan keras , kita dibiasakan dengan tingkat kriminalitas yang lumayan tinggi rasanya tidak bisa lagi mudah percaya dengan orang asing , susah sekali menerima keramahan di ibukota kecuali kita bayar misal di restoran ya karena kita bayar pelayannya jadi senyum , yang lebih murah si di grocery retail macem Al*mart INdo*mart .
setelah merenungi berbagai macam materi di otak terpikirlah problem sosial yang ga abis pikir , kenapa generasi muda di Ibukota yang justru mudah mendapat saranan dan informasi lebih cenderung jadi perusak daripada kontribusi nyata ?
Kenapa prestasi -prestasi itu lebih banyak menempel penuh makna di daerah marginal yang penuh keterbatasan (baca: orak sukses yang berasal dari ibukota jkt juga kebanyakan dari mereka hanya bermateri bukan bervalue )
kenapa?
akhirnya ketemu satu jawaban , tinggal diibukota dengan akses mudah dan banjirnya informasi media membuat generasi muda tumpul otaknya karena dipenuhi informasi yang justru cenderung mereka masukkan buru2 tanpa dicerna , mau mencernapun tanpa ilmu jadilah itu informasi hanya jadi ressidu di otak generasi muda .
Lihat saja generasi muda yang mudah tergiring opini publik atau yang sok tahu tentang dunia politik dimana 90% dari mereka hanya bisa komentar tanpa solusi tanpa ilmu dan tanpa paham , useless sekali bukan ?
menyuarakan pendapat tanpa solusi , ikut meramaikan berita yang masih simpang siur , kebanyakana negative thinker dengan merabahnya berita kriminal , tentang kekecewaan kebijakan pemerintah .
Padahal bukankah kriminal tiap hari terjadi dimana- mana ? kenapa media menyoroti kriminalnya bukan tentang pendidikan hikmah didalamnya , kenapa media hanya mengajarkan pada tren dengan sudut pandang tajam menyalahkan (menyalahkan pelaku , lingkungan dan ujung2nya pemerintah )
Itu kah isi paradigma generasi muda kita kedepan ?
hanya bisa koar-koar menyalahkan keadaan , kritis dan demokrasi yang di artikan dangkal ?
Apa ada yang pernah berfikir bahwa seorang pemimpin (red: pemerintah ) tidak mungkin sempurna memuaskan semua , tidak mudah membuild team dengan berbagai macam bidang , tidak mudah memilih anggota team kabinet untuk kerja yang diharapkan , why you belonging excuse ? protess dan ketidakpercayaan terhadap pemerintah . Mereka pikir menjadi pemimpin itu sekuat itu kah ? sedewa itu ?
kalian jatuhkan , kalian ga hargai , kalian serang bertubi2.
kadang aku pikir kepekaan dan kepedulian itu kalau tidak dimanfaatkan pada tempatnya akan salah juga ,
peka dan perhatian terhadap banyak hal hingga dia lupa berkontribusi untuk satu hal kecil yang berdampak banyak .
peka dan perhatian untuk memahami dan berfikir bijak mungkin kalian akan lebih fokus terhadap kontribusi nyata , berprestasi nyata demi perbaikan kedepan .
Jangan ngarepin pemeintah , sudah banyak yang cuma bisa demo dan koar2 sampe lupa langkah kedepan , persiapan perubahan maupun perbaikan kedepan .
ahh sudahlah saya juga musti fokus lagiii...............fight Rin(terlambat menyadari /tapi masih bisa memperbaiki)
Kali ini sambil jalan di jalanan ibukota yang tak pernah absen macetnya dan srudak sruduknya , ntah kenapa ini kota mengajarkan tentang aggerman (menjadi pemarah) rasanya orang-orang baik mendadak tensi darah nya naik kalau sudah tinggal di Jakarta , kenapa ?
kita akan capek di kejar waktu karena macet , kita akan dibiasakan dengan ritme ibukota yang kompetisi persaingannya lumayan keras , kita dibiasakan dengan tingkat kriminalitas yang lumayan tinggi rasanya tidak bisa lagi mudah percaya dengan orang asing , susah sekali menerima keramahan di ibukota kecuali kita bayar misal di restoran ya karena kita bayar pelayannya jadi senyum , yang lebih murah si di grocery retail macem Al*mart INdo*mart .
setelah merenungi berbagai macam materi di otak terpikirlah problem sosial yang ga abis pikir , kenapa generasi muda di Ibukota yang justru mudah mendapat saranan dan informasi lebih cenderung jadi perusak daripada kontribusi nyata ?
Kenapa prestasi -prestasi itu lebih banyak menempel penuh makna di daerah marginal yang penuh keterbatasan (baca: orak sukses yang berasal dari ibukota jkt juga kebanyakan dari mereka hanya bermateri bukan bervalue )
kenapa?
akhirnya ketemu satu jawaban , tinggal diibukota dengan akses mudah dan banjirnya informasi media membuat generasi muda tumpul otaknya karena dipenuhi informasi yang justru cenderung mereka masukkan buru2 tanpa dicerna , mau mencernapun tanpa ilmu jadilah itu informasi hanya jadi ressidu di otak generasi muda .
Lihat saja generasi muda yang mudah tergiring opini publik atau yang sok tahu tentang dunia politik dimana 90% dari mereka hanya bisa komentar tanpa solusi tanpa ilmu dan tanpa paham , useless sekali bukan ?
menyuarakan pendapat tanpa solusi , ikut meramaikan berita yang masih simpang siur , kebanyakana negative thinker dengan merabahnya berita kriminal , tentang kekecewaan kebijakan pemerintah .
Padahal bukankah kriminal tiap hari terjadi dimana- mana ? kenapa media menyoroti kriminalnya bukan tentang pendidikan hikmah didalamnya , kenapa media hanya mengajarkan pada tren dengan sudut pandang tajam menyalahkan (menyalahkan pelaku , lingkungan dan ujung2nya pemerintah )
Itu kah isi paradigma generasi muda kita kedepan ?
hanya bisa koar-koar menyalahkan keadaan , kritis dan demokrasi yang di artikan dangkal ?
Apa ada yang pernah berfikir bahwa seorang pemimpin (red: pemerintah ) tidak mungkin sempurna memuaskan semua , tidak mudah membuild team dengan berbagai macam bidang , tidak mudah memilih anggota team kabinet untuk kerja yang diharapkan , why you belonging excuse ? protess dan ketidakpercayaan terhadap pemerintah . Mereka pikir menjadi pemimpin itu sekuat itu kah ? sedewa itu ?
kalian jatuhkan , kalian ga hargai , kalian serang bertubi2.
kadang aku pikir kepekaan dan kepedulian itu kalau tidak dimanfaatkan pada tempatnya akan salah juga ,
peka dan perhatian terhadap banyak hal hingga dia lupa berkontribusi untuk satu hal kecil yang berdampak banyak .
peka dan perhatian untuk memahami dan berfikir bijak mungkin kalian akan lebih fokus terhadap kontribusi nyata , berprestasi nyata demi perbaikan kedepan .
Jangan ngarepin pemeintah , sudah banyak yang cuma bisa demo dan koar2 sampe lupa langkah kedepan , persiapan perubahan maupun perbaikan kedepan .
ahh sudahlah saya juga musti fokus lagiii...............fight Rin(terlambat menyadari /tapi masih bisa memperbaiki)
Langganan:
Postingan (Atom)