Senin, 20 Juni 2016

Terlambat menyadari Tapi bisa diperbaiki

Assalamualaikum,


Kali ini sambil jalan di jalanan ibukota yang tak pernah absen macetnya dan srudak sruduknya , ntah kenapa ini kota mengajarkan tentang aggerman (menjadi pemarah) rasanya orang-orang baik mendadak tensi darah nya naik kalau sudah tinggal di Jakarta , kenapa ?
kita akan capek di kejar waktu karena macet , kita akan dibiasakan dengan ritme ibukota yang kompetisi persaingannya lumayan keras , kita dibiasakan dengan tingkat kriminalitas yang lumayan tinggi rasanya tidak bisa lagi mudah percaya dengan orang asing , susah sekali menerima keramahan di ibukota kecuali kita bayar misal di restoran ya karena kita bayar pelayannya jadi senyum , yang lebih murah si di grocery retail macem Al*mart  INdo*mart .

setelah merenungi berbagai macam materi di otak terpikirlah  problem sosial yang ga abis pikir , kenapa generasi muda di Ibukota yang justru mudah mendapat saranan dan informasi lebih cenderung jadi perusak daripada kontribusi nyata ?
Kenapa prestasi -prestasi itu lebih banyak menempel penuh makna di daerah marginal yang penuh keterbatasan (baca: orak sukses yang berasal dari ibukota jkt juga kebanyakan dari mereka hanya bermateri bukan bervalue )

kenapa?
akhirnya ketemu satu jawaban , tinggal diibukota dengan akses mudah dan banjirnya informasi media membuat generasi muda tumpul otaknya karena dipenuhi informasi yang justru cenderung mereka masukkan buru2 tanpa dicerna , mau mencernapun tanpa ilmu jadilah itu informasi hanya jadi ressidu di otak generasi muda .
Lihat saja generasi muda yang mudah tergiring opini publik atau yang sok tahu tentang dunia politik dimana 90% dari mereka hanya bisa komentar tanpa solusi tanpa ilmu dan tanpa paham , useless sekali bukan ?
menyuarakan pendapat tanpa solusi , ikut meramaikan berita yang masih simpang siur , kebanyakana negative thinker dengan merabahnya berita kriminal , tentang kekecewaan kebijakan pemerintah .
Padahal bukankah kriminal tiap hari terjadi dimana- mana ? kenapa media menyoroti kriminalnya bukan tentang pendidikan hikmah didalamnya , kenapa media hanya mengajarkan pada tren dengan sudut pandang tajam menyalahkan (menyalahkan pelaku , lingkungan dan ujung2nya pemerintah )
Itu kah isi paradigma generasi muda kita kedepan ?
hanya bisa koar-koar menyalahkan keadaan , kritis dan demokrasi yang di artikan dangkal ?
Apa ada yang pernah berfikir bahwa seorang pemimpin (red: pemerintah ) tidak mungkin sempurna memuaskan semua , tidak mudah membuild team dengan berbagai macam bidang , tidak mudah memilih anggota team kabinet untuk kerja yang diharapkan , why you belonging excuse ? protess dan ketidakpercayaan terhadap pemerintah . Mereka pikir menjadi pemimpin itu sekuat itu kah ? sedewa itu ?
kalian jatuhkan , kalian ga hargai , kalian serang bertubi2.
kadang aku pikir kepekaan dan kepedulian itu kalau tidak dimanfaatkan pada tempatnya akan salah juga ,
peka dan perhatian terhadap banyak hal hingga dia lupa berkontribusi untuk satu hal kecil yang berdampak banyak .
peka dan perhatian untuk memahami dan berfikir bijak mungkin kalian akan lebih fokus terhadap kontribusi nyata , berprestasi nyata demi perbaikan kedepan .

Jangan ngarepin pemeintah , sudah banyak yang cuma bisa demo dan koar2 sampe lupa langkah kedepan , persiapan perubahan maupun perbaikan kedepan .
ahh sudahlah saya juga musti fokus lagiii...............fight Rin(terlambat menyadari /tapi masih bisa memperbaiki)