Selasa, 16 Juli 2013

Takwa kepada Allah

1. Takwa kepada Allah dan menjauhi maksiat
Bila engkau ingin kesengsaraan bersarang di rumahmu dan bertunas, maka bermaksiatlah kepada Allah. Sesungguhnya kemaksiatan menghancurkan negeri dan menggoncang kerajaan. Oleh karena itu jangan engkau goncangkan rumahmu dengan berbuat maksiat kepada Allah.
Wahai hamba Allah..! jagalah Allah maka Dia akan menjagamu beserta keluarga dan rumahmu. Sesungguhnya ketaatan akan mengumpulkan hati dan mempersatukannya, sedangkan kemaksiatan akan mengoyak hati dan menceraiberaikan keutuhannya.
Karena itulah, salah seorang wanita shalihah jika mendapatkan sikap keras dan berpaling dari suaminya, ia berkata:Aku mohon ampun kepada Allah! itu terjadi karena perbuatan tanganku (kesalahanku) Maka hati-hatilah wahai saudariku muslimah dari berbuat maksiat, khususnya:
- Meninggalkan shalat atau mengakhirkannya atau menunaikannya dengan cara yang tidak benar.
- Duduk di majlis ghibah dan namimah, berbuat riya dan sum’ah.
- Menjelekkan dan mengejek orang lain. Allah berfirman :”Wahai orang-orang yang briman janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang menolok-olokkan) dan janganlah wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita yang mengolok-olokkan(QS. Al Hujurat: 11).
- Keluar menuju pasar tanpa kepentingan yang sangat mendesak dan tanpa didampingi mahram. Rasulullah bersabda: Negeri yang paling dicintai Allah adalah masjid-masjidnya dan negeri yang paling dibenci Allah adalah pasar-pasarnya (HR. Muslim).
- Mendidik anak dengan pendidikan barat atau menyerahkan pendidikan anak kepada para pambantu dan pendidik-pendidik yang kafir.
- Meniru wanita-wanita kafir. Rasulullah bersabda: Siapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk golongan mereka (HR. Imam Ahmad dan Abu Daud serta dishahihkan Al-Albany).
- Membiarkan suami dalam kemaksiatannya.
- Tabarruj (pamer kecantikan) dan sufur (membuka wajah).
- Membiarkan sopir dan pembantu masuk ke dalam rumah tanpa kepentingan yang mendesak.

- See more at: http://www.arrahmah.com/read/2011/10/15/15788-10-wasiat-untuk-wanita-sholehah.html#sthash.74Srohup.dpuf

Pray and Wish a End time Tomorow

“Sesungguhnya bila seorang yang beriman hendak meninggal dunia dan memasuki kehidupan akhirat, ia didatangi oleh segerombol malaikat dari langit. Wajah mereka putih bercahaya bak matahari. Mereka membawa kain kafan dan wewangian dari surga. Selanjutnya mereka akan duduk sejauh mata memandang dari orang tersebut. Pada saat itulah Malaikat Maut ‘alaihissalam menghampirinya dan duduk didekat kepalanya. Setibanya Malaikat Maut, ia segera berkata: “Wahai jiwa yang baik, bergegas keluarlah dari ragamu menuju kepada ampunan dan keridhaan Allah”. Segera ruh orang mukmin itu keluar dengan begitu mudah dengan mengalir bagaikan air yang mengalir dari mulut guci. Begitu ruhnya telah keluar, segera Malaikat maut menyambutnya. Dan bila ruhnya telah berada di tangan Malaikat Maut, para malaikat yang telah terlebih dahulu duduk sejauh mata memandang tidak membiarkanya sekejap pun berada di tangan Malaikat Maut. Para malaikat segera mengambil ruh orang mukmin itu dan membungkusnya dengan kain kafan dan wewangian yang telah mereka bawa dari surga. Dari wewangian ini akan tercium semerbak bau harum, bagaikan bau minyak misik yang paling harum yang belum pernah ada di dunia. Selanjutnya para malaikat akan membawa ruhnya itu naik ke langit. Tidaklah para malaikat itu melintasi segerombolan malaikat lainnya, melainkan mereka akan bertanya: “Ruh siapakah ini, begitu harum.” Malaikat pembawa ruh itupun menjawab: Ini adalah arwah Fulan bin Fulan (disebut dengan namanya yang terbaik yang dahulu semasa hidup di dunia ia pernah dipanggil dengannya).” (HR Imam Ahmad, dan Ibnu Majah). - 

Minggu, 30 Juni 2013

Yusuf Mansur Wisata Hati [30-06-2013] - Ayat-Ayat Tentang Dhuha



Someday I hope he can do it ...baca Al-qur'an sambil di depan hamparan pantai ^_^
 

Jumat, 28 Juni 2013

Soft Skill

Dalam suatu rapat atau diskusi perbedaan pendapat sering sekali terjadi. Kita harus terbiasa dan terlatih untuk menerima perbedaan pendapat. Walaupun terkadang kita suka tidak ikhlas menerima itu.
Beberapa tahun yang lalu, saya bersama konsultan melakukan presentasi ke jajaran komisaris perusahaan. Tentunya saya merasa presentasi yang diberikan oleh konsultan sudah bagus. Tetapi tidak demikian halnya menurut komisaris. “Cukup! Dua bulan kamu bekerja, hasilnya hanya seperti ini? Saya bisa bikin yang jauh lebih bagus hanya dalam dua jam. Ini tidak memenuhi syarat.” ujarnya.
Saya tertegun.
Saya pikir, waktu itu konsultannya marah. Mereka itu kan salah satu konsultan top internasional. Mereka pun tidak jelek menurut saya. Ternyata enggak, mereka terima secara ikhlas. Mereka bilang, diskusi ini diterima sebagai masukan, bulan depan akan balik dengan yang lebih bagus.
Saya tanya lagi, “Kenapa kamu tadi ga marah? Ga emosi?” Kenapa mereka bisa tahan. Mukanya tidak memerah, tidak gemeteran, biasa aja. Tenang.
Ini yang akhirnya saya pahami.
Orang yang bisa maju, yang bisa jadi hebat, selain dididik dengan baik, adalah bisa menerima masukan yang halus maupun keras (kasar) dengan jiwa terbuka dan hati yang lapang. Karena dia sadar, bisa jadi dia punya kesalahan juga. Dengan adanya masukan, akan bisa ada peningkatan.
Barangkali, ini adalah hasil didikan mereka dari kecil sampai mereka sekolah dan kuliah, juga sampai mereka bekerja. Mereka terbiasa untuk berdiskusi, mencari kebenaran, membuat peningkatan (improvement), dan pengayaan wawasan. Mereka terdidik untuk berdebat, walaupun kadang-kadang kasar, tapi mereka bisa terima. Jadi, apapun kata orang, gak bikinmereka emosi.
Saya ga kebayang kalau waktu itu saya yang di sisi konsultan. Mungkin saya sudah mutung, “urus aja sendiri, saya gak mau urusin.”
Saya tidak terbiasa. Pendidikan kita tidak terbiasa seperti itu. Kita tidak terbiasa dikritik orang dengan keras. Sehingga, biasanya kita diam saja, quit; atau kita emosi, kita lawan!
Ini soft skill yang relatif tidak diajarkan. Waktu kuliah misalnya, waktu kita bertanya memang dosennya terima dan menjawab. Tapi kalau kita tanya yang agak panjang dikit atau agak melenceng, kalau bukan dosennya marah, ya mahasiswa lain yang respon “ehelu buang-buang waktu aja!” Jadi kita tidak terbiasa. Padahal, di dunia kerja itu adalah hal yang biasa. Mau tidak mau harus seperti itu.
Udah gitu, konsultan itu bisa menangkap masalah dengan lebih jelas dan dari sudut pandang yang berbeda. Kita tidak bisa melihat dengan kritis. Kalau kita, setelah program jalan sesuai dengan rencana, ya sudah. Tidak lakukan analisa mendalam.
Lagi-lagi, kita tidak terbiasa. Waktu kita sekolah dulu, kerjain soal, selesai. Udah, gitu aja. Tidak ada yang bertanya: Kenapa begini? Kenapa begitu? Bagaimana kalau begini? Bagaimana kalau begitu?
Mengapa mereka hebat? Apakah karena mereka konsultan? Atau karena mereka orang asing? Memang, konsultan rata-rata dididik seperti itu. Tetapi, ternyata orang asing rata-rata begitu, walaupun bukan konsultan. Jadi, kalau kita diskusi dengan orang asing, mereka bisa menjelaskan dan menjawab pertanyaan dengan enak. Kalau kita kasih masukan, mereka bisa mendengarkan dengan baik.
Itu yang saya sadari. Mungkin tenaga kerja kita tidak terbiasa untuk hal-hal seperti itu. Orang biasa berpikir secara logika. Ngitung-ngitung, oke. Tapi sayangnya soft skill-nya (atau lebih lengkapnya, life skill) kurang terasah. Apalagi kalau berbahasa Inggris. Kami di XL merasa itu adalah sesuatu yang harus kita lengkapi. Saya bermimpi, nanti yang memimpin perusahaan global di Indonesia adalah orang Indonesia. Bahkan kalau bisa, memimpin perusahaan global di luar negeri.
Jangan sampai nanti pas dunia sudah lebih terbuka, kita kehilangan kesempatan untuk memimpin perusahaan-perusahaan besar di negara ini, atau lebih bagus lagi di negara lain.
Saat menghadiri peluncuran program XL Future Leader, Pak Handry Santriago dari GE Indonesia bilang, “Kita itu mampu, hanya saja kita tidak dididik untuk berpikir, berkomunikasi yang benar.” Untuk itulah kami berinisiatif membuat program XL Future Leaders. Kami coba melengkapi pendidikan akademis dengan life skill.
Diharapkan dalam dua tahun, mahasiswa tersebut bisa lengkap: lulus dengan nilai akademis yang baik, ditambah dengan life skill yang baik. Dan ketika nanti mereka bekerja,  akan lebih matang lagi. Sehingga memperbesar kemungkinan, suatu saat nanti mereka bisa jadi pemimpin perusahaan yang baik, pemimpin bangsa yang baik.
Ditargetkan 120 mahasiswa per tahun, sehingga dalam lima tahun ke depan akan ada 600 calon pemimpin yang berkarakter. (HS)

Rabu, 19 Juni 2013

Muhasabahku

Assalamualaikum ^_^ ,

Pagi ini pukul 10.00 WIB terpaksa menyapa dengan renungan teramat dalam 
"Wahai Tuhanku, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagunan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu, Wahai Tuhanku, apabila rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi maka keluarkanlah, apabila sukar mudahkanlah, apabila haram sucikanlah, apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, kekuasaan-Mu (Wahai Tuhanku), datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada hamba-hambaMu yang soleh".

Setelah beberapa selang ga berhenti muhasabbah ,kog hubungan ini mkin menghawatirkan yah :(